Rabu, 18 November 2015

Bertemu Denganmu Bukanlah Suatu Kebetulan


Pagi ini cuaca tidak bersahabat, hujan dan langit yang mendung pekat. Namun semua itu tidak memudarkan semangat Audrey, Rama, Nindy, Tania, Reno, Dinda,  dan Khila untuk bersekolah. 

Ttettt,,teettt,,tteeetttttt.... (bel sekolah berbunyi)

Audrey, Rama, Nindy dan Khila duduk dibangku masing masing menunggu kedatangan Ibu Arfi guru bahasa Indonesia yang menjadi mata pelajaran jam pertama dikelasnya. Mereka saling bercengkrama dan tertawa membahas hal yang tidak penting seperti biasanya. Tiba -  tiba Tania datang membawa berita dan dengan wajah yang beda dari biasanya.

Tania     :   Hey, guys tebak deh aku punya kabar apa buat kalian? (wajah penuh semangat untuk bercerita)

Rama      :   Ihh cucok rempong deh kamu tan, langsung ngomong aja. Yukk cuss

Audrey  :   Apa sih Tania ini, hihh bikin  gemes kenapa harus pakek tebak tebakan langsung ngomong aja bisa kan, (Audrey berbicara dengan endelnya dan merayu Tania untuk berbicara)

Tania     :   Hahaha udh penasaran aja kalian, tadi waktu aku terlambat liat cowo ganteng banget tinggi berkarisma deh, kayaknya bakalan 1 kelas sama kita tuh.

Khila      :   Masak iya?

Audrey  :   Dilihat nanti aja kali ya, bener apa gaknya

Rama      :   Yukk mari, kita liat aja

Bebereapa menit kemudian Juna (murid baru) masuk kedalam kelas

Audrey  :   Ihh cakepnya, siapa namanya? Mau deh kenalan sama dia (berbicara sambil bertopang dagu dengan wajah tersenyum senyum)

Rama      :   Gak papa cin? (memegang dahi Audrey memanstikan tak apa sambil melihat ekspresi Audrey) 

Rama      :   Cucook cinn, bukan kamu aja yang mau aku juga mau hahaha (ketawa malu malu sambil menutupi mulutnya setelah melihat pemandangan didepannya)

Audrey  :   Semua juga bakal kamu embat kali ya, tapi yang ini jangan! Ini buat aku aja. Kamu sama kucing aja deh. (Audrey berbicara lirih lalu tegas namun masih dengan ekpresi yag sama dengan tersenyum senyum sendiri)

Tania     :   Bener kan apa kata aku, hehh terbuktikan! (tambah Tania dengan ketus)

Nindy     :   Itu didepan kelas siapa Khila? Kok gak pernah liat? (sambil garuk – garuk kepala)

Khila      :   Hehh dasar deh anak satu ini, kamu kemana aja dari tadi? Anak-anak dari pagi tadi udah pada heboh bicarain anak baru itu, kok malah masih tanya lagi sih. Sebenernya itu telinga tadi jalan kemana? (Khila berbicara dengan gemas dan mencubit-cubit pipi Nindy)

Nindy     :   Hahaha ya kan aku gak paham makasudnya, jadi dari td aku diem aja deh. (Nindy tertawa terbaksa seakan masih tak tau apayang terjadi)

Khila      :   Yahh, kamu mah kapan bisa nyantolnya, walau sampek itu rocker buat album religi  (Khila mengejeknya sambil beranjak meninggalkan Nindy yang lemot)

Nindy     :   Gak mungkin lah rocker buat album religi. Tapi sapa tau ya, coba besok aku tanyain rocker mau apa gak buat album religi (Nindy berbicara berbisik sendiri)

Juna      :   Aku bisa duduk dimana ya?

Reno      :   Sini aja, sampingku kosong (sambil menepuk bangku yang ada disampingnya)

Dinda     :   Wah ngajak berantem ini anak, terus aku mau kamu taruh dimana? (tangan Dinda mengancam Reno)

Reno      :   Maaf ya Dinda, kamu pindah belakang aja sana, haha. Biar kita tambahan personil temen.

Dinda     :   Personil,,personil,, kamu pikir kita mau bikin  Boy band gitu (tangan Dinda membuat kepalan dan salah satu kakinya naik di kursi seakan mengancam Reno lagi)

Juna      :   Gak papa kah kalau aku duduk disitu? (Juna mulai mendekat ke bangku Reno)

Dinda     :   Oke, gak papa buat anak baru kyak kamu. Duduk aja disini (sambil tersenyum terpaksa dan menepuk pundak Juna)

Juna      :   Makasih ya.

Dinda     :   Ngomong-ngomong nama kamu sapa? Kenalin aku Dinda anak paling keren disini. (berjabat tangan dengan Juna, sambil membetulkan kerahnya dan diangkat keatas)

Juna      :   Aku Juna. Kamu siapa? (menunjuk kearah Reno)

Reno      :   Aku  Reno. (berjabat tangan dengan juna)

Juna      :   Senang bisa bertemu kalian (tersenyum tipis dan mulai duduk)

Tteeet,,teeett,,tteettttt,, Bel berdering menandakan jam istirahat akan segera berlangsung. Tiba-tiba Juna datang menghampiri gerombolan Audrey, Rama, Nindy, Tania, dan Khila. Dan secara otomatis membuat ge-er Nindy, Tania dan terutama Audry tetapi Rama juga tidak mau kalah ke ge-er annya ketika Juna mendekati mereka.

Juna      :   Haii semua, kenalin aku Juna. Anak baru pindahan dari Semarang. 

Audrey  :   Wahh Juna, kenalin aku Audry (langsung menanggapi sapaan Juna dan langsung menarik tangan Juna untuk berjabat tangan sambil tersenyum sok manis)

Rama      :   Kenalin juga yee, akika Rama yang paling cucok sendiri dikelas (Rama menyerobot genggaman tangan Juna dari Audrey sambil mengedipkan matanya yang penuh kegenitan)

Audrey  :   Hemm, santai aja ya gak usah maen serobot aja ya (Audrey menginjak kaki Rama tapi masih memasang wajah manis dihadapan Juna)

Rama      :   Ohh ya kenalin juga ini sahabat kita (sambil menunjuk ke arah Tania, Nindy, dan Khila)

Tania     :   Salam kenal Juna, aku Tania (Tania berjabat tangan dengan Juna)

Khila      :   Khila (jawab Khila dengan ketus yang tak peduli dengan perkenalan itu)

Rama      :   Heyy, sess jangan diem aja dong kenalin, situ punya nama! (gertakan Rama kepada Nindy yang diem aja dan malah bermain Hp)

Nindy     :   Ada apa sih? aneh banget kamu marah-marah gak jelas. (mengobrol tanpa melihat wajah Rama tp melihat layar Hp)

Audrey  :   Haduh, lemotnya nauzubillah. Liat tuh depanmu dan kenalin namamu sapa. (Audrey sontak menggeleng gelengkan kepalanya)

Nindy     :   Wahh cakep, dia siapa? Nama aku Nindy 

ALL       :   Hahhh, Lemotttttt...

Tania     :   Harus sabar ya punya temen yg spesiesnya kayak ginian. Dia Rama anak pindahan dari Jonggol. (Tania mengelus dadanya)

Nindy     :   Ohh, juna ya. Maaf baru ngge^h.

Juna      :   Seneng bisa kenal sama kalian semua. Semoga kita bisa jadi teman yang baik ya (Juna tersenyum dan memandangi Khila)

Tanpa disadari oleh Audry, Tania, Nindy, Rama, dan Khila. Juna sebenarnya hanya ingin berkenalan dan mengerti siapa nama gadis yang cantik itu (Khila). Dari awal Juna masuk ke kelas, Juna terpesona oleh kecantikan Khila. Seperti pepatah yang mengatakan “Dari mata turun ke hati”.

Sabtu, 03 Maret 2012

Cintaku Untukmu Selamanya

“Shasya kesini...  Ayo kita pulang...” panggil seseorang dari kejauhan,  tetapi ia tetap tidak bergeming. 2x dipanggil dia tetap diam saja, 3x dipanggil dia baru berjalan dan menghampiri suara itu tetapi dia tetap diam saja, tanpa menoleh dan menjawab. Kemudian sang Ibu yang tadi memanggilnya menggandengnya pulang.
    Shasya memang berbeda dengan banyak kebanyakan anak lain seusianya. Dia tetap kelihatan seperti anak kecil dan tetap tidak mengerti dengan keadaan dunia yang semakin kejam. Shasya mengalami down syndrom atau keterbelakangan mental, mental Shasya tidak berkembang layaknya orang normal lainnya yang sekarang seharusnya Shasya berada dibangku perkuliahan bersama-sama anak normal seusianya. Tetapi Shasya hanya bisa bermain-main dan asyik dengan dunianya sendiri tanpa tahu arti rasa senang, susah, sakit, kecewa bahkan benci. Kalimat yang di ucapkan Shasya hanya terbatas pada kata-kata dasar saja. Sering kali Shasya diejek oleh tetangga di sekitar rumahnya tetapi lagi-lagi Shasya hanya tersenyum menanggapi semua omongan orang-orang disekitarnya. Tidak jarang anak-anak kecil disekitar rumah Shasya mengusirnya apabila dia ingin bermain dengan anak-anak itu, Shasya diusir karena dia tidak dapat berkomunikasi dengan lancar dan kondisi fisik Shasya yang berbeda dengan mereka. Allah memang Maha Adil, Allah memberikan dua malaikat pelindung untuknya, malaikat yang rela berkorban segalanya bahkan apabila diminta malaikat itu akan memberikannya  nyawanya untuk ditukarkan dengan kebahagiaan untuk Shasya.  Malaikat itu adalah ayah dan ibunya, malaikat yang dengan suka rela merawat, menjaga dan melindunginya setiap saat. Hanya kasih sayang ayah dan ibunya lah yang dapat Shasya mengerti. Semua aktifitas Shasya selalu dibantu oleh kedua orang tuanya, makan, mandi, tidur dan masih banyak kegiatan yang Shasya lakukan dengan bantuan kedua orang tuanya. Ayah Shasya yang selalu memanjakannya, mengajaknya mengobrol walaupun ayahnya tahu anaknya belum tentu mengerti ucapannya, mengajaknya berjalan-jalan yang tak jarang orang-orang memandang dengan pandangan aneh bahkan ada yang memandang dengan pandangan jijik tetapi ayahnya tetap menerima itu semua dengan lapang dada.
    Hati orang tua Shasya terkadang menjerit pilu karena Shasya di anggap seperti parasit yang menempel pada bunga yang indah, tetapi kesedihan itu di sembunyikan dalam keceriaan kedua orang tuanya agar Shasya tidak ikut merasakan apa yang sedang dirasakan kedua orang tuanya. Pada suatu hari Shasya di suruh ibunya untuk membeli makanan yang letak warung itu berada di depan rumah. Setelah ditunggu cukup lama oleh ibu Shasya tak kunjung datang, akhirnya ibu Shasya menghampiri Shasya dan ternyata disana Shasya diganggu oleh anak kecil. Ibu Shasya langsung terkejut karena anak kecil tersebut membawa batu yang cukup besar yang akan dilemparkan kepada Shasya. Ibu Shasya tidak tinggal diam, ibu Shasya langsung menghampiri anak tersebut dan melarang anak itu untuk melemparkan batunya. Namun niat ibu Shasya sia-sia karena ibu Shasya lah yang terkena lemparan batu itu hingga darah bercucuran di lantai. Dan yang menolong ibu Shasya hanya segelintir orang, yang lainnya acuh dan tidak mau menolong. Shasya yang melihat ibunya penuh dengan darah langsung menangis, dia tak tega meliahat ibunya yang kesakitan.
    Hari demi hari ibu Shasya mulai membaik, tetapi cobaan masih melanda keluarga kecil itu ketika ayahnya yang harus masuk ke rumah sakit karena komplikasi yang dialami oleh ayah Shasya. Ini semua berawal karena ayah Shasya adalah seorang perokok berat dan selalu minum kopi setiap hari dan tidak diimbangi dengan minum air putih yang cukup serta tanpa olahraga. Kondisi ayah Shasya semakin hari bukan semakin membaik malah semakin memburuk. Suatu hari ayah Shasya koma. Beberapa hari setelah itu ayah Shasya membaik dibanding sebelumnya tetapi itu hanya sementara untuk melihat orang-orang disekitarnya dan melihat Shasya tersenyum kepadanya, ternyata setelah mereka semua keluar dari ruangan tempat ayah Shasya dirawat, dokter mengabarkan bahwa ayah Syasha sudah tidak ada. Shasya tak mengerti apa maksud perkataan dokter.
     “Ayah sudah tidak bisa menemani kita, sekarang ayah bertemu dengan Allah.” Lalu dengan lembut ibu Shasya memberitahu.
    Mendengar ucapan dari ibunya Shasya langsung terdiam dan menangis. Sebetulnya Shasya tidak tahu maksud dari semua itu tetapi perasaan nalurinya yang  dapat mengerti. Shasya hanya dapat menangis didepan jenazah ayahnya dan terus meminta maaf kepada ayahnya. Orang-orang yang ada disana sempat terkejut karena Shasya berkata maaf berkali-kali di depan jenazah ayahnya. “Ayah, maaf yah, maaf.” Kalimat itulah yang diulangnya berkali-kati tanpa henti. Saat jenazah ayahnya diberangkatkan ke tempat peristirahatan terakhirpun Shasya masih belum memahami bahkan saat pelayat pulang dari area pemakaman Shasya bertanya kepada ibunya, “Ayah mana? Ayah..”
Ibu Shasya hanya bisa terdiam ketika Shasya bertanya tentang ayahnya.
     Kini semua dilewati Shasya tanpa ayahnya lagi disisinya. Sekarang hanya ibunya saja lah yang menjadi harta yang paling berharga bagi Shasya. Kemana-mana hanya berdua dalam keadaan suka maupun duka. Suatu hari Shasya bertekat ke rumah sakit tempat ayah Shasya dirawat dulu. Dia berpikir, mungkin di rumah sakit itu lah Shasya dapat bertemu dengan ayahnya lagi karena rasa rindu yang selalu melanda hati Shasya. Dia jalan kaki untuk mencari becak yang dapat membawa dia ke rumah sakit. Akhirnya dia mendapatkan becak yang mau mengantarkan dia sampai di rumah sakit.
    “Becak be..cak pak, rumah. . rumah akit, akit rumah pak.” Hanya kata-kata  yang terbata-bata yang dapat diucapkan Shasya. Seakan mengerti perkataan Shasya,  tukang becak pun mengantarkan Shasya ke rumah sakit.
    Sesampainya di rumah sakit Shasya berlari menyusuri lorong-lorong rumah sakit untuk mencari ayahnya, tetapi bagaimanapun Shasya berusaha tidak mungkin akan bertemu dengan ayahnya lagi. Berjam-jam Shasya berkeliling rumah sakit untuk mencari ayahnya, tak satupun orang ingin menolongnya. Si tukang becak tahu Shasya memiliki keterbelekangan mental sehingga tetap menunggu dan kemudian mencari Shasya yang tengah kebingungan.
     “Ayo nak, pulang bapak antarkan ketempat yang tadi kamu manggil bapak.” Ucap tukang becak. Shasya yang merasa belum bertemu dengan ayahnya menolak dan menangis dengan dibujuk tukang becak Shasya akhirnya mau diajak pulang.
    Dijalan tempat Shasya memanggil becak ternyata disana sudah ada ibu Shasya yang menunggunya dengan kebingungan dan terlihat sisa air mata. Melihat Shasya naik becak dan diantarkan kembali,  ibu Shasya terlihat senang dan bahagia. Seraya berterimakasih pada tukang becak ibu Shasya mengajak Shasya pulang kerumah. Dirumah Shasya tampak sedih, ibunya mengerti kalau Shasya sedang merindukan ayahnya tatapi tidak ada yang bisa ibu Shasya lakukan. Berhari-hari setelah itu, Shasya bermimpi bertemu dengan ayahnya.
    “Shasya, nak...” ucap ayahnya seraya tersenyum pada Shasya. Shasya yang benar-benar rindu pada ayahnya tertawa dan berlari menuju ayahnya.
    “Ayah.” Kata Shasya.
    “Iya nak ini ayah, ayah sekarang sudah gak bisa lagi disamping Shasya gak bisa bantu ibu cari nafkah lagi,  gak bisa nemeni Shasya jalan-jalan lagi dan banyak hal yang gak bisa ayah lakukan lagi bersama Shasya dan ibu. Maafkan ayah ya nak.”
    “Kenapa?”
    “Karena ayah sudah bersama Allah sekarang nak. Ayah bahagia disini, Shasya juga harus bahagia bersama ibu, nurut sama ibu dan jangan bikin ibu susah lagi. Ayah sayang sama Shasya dan ibu juga sayang sekali sama Shasya.”
    “....” Shasya hanya diam kemudia menangis.
    “Walaupun ayah sudah sama Allah sekarang tapi ayah tetap bisa melihat Shasya dan ibu dari jauh. Ayah tahu kamu gak seperti kebanyakan orang lain tapi ayah juga tahu hati kamu bersih karena kamu gak pernah benci sama orang lain. Shasya anak yang kuat dan harus kuat buat ayah dan ibu. Shasya gak boleh nangis lagi ya. Kalau Shasya rindu sama ayah bilang sama ibu biar ibu nganterin Shasya ke tempat ayah istirahat. Ya nak? Inget ya nak, ayah selalu sayang sama Shasya sampai kapanpun.”
    Shasya terbangun dari tidurnya dan berteriak memanggil ayahnya. Ibunya yang mendengar Shasya berteriak juga terbangun dari tidurnya. Kemudian memeluk Shasya.
    “Ibu tahu nak kamu rindu sama ayah kamu. Besok pagi kita ke pemakaman ayah ya. Kita berdoa disana mendoakan ayah biar ayah bisa disisi Allah dan bahagia disana.” Ucap ibunya. Shasya hanya diam dan menangis.
    Keesokan harinya, Shasya dan ibunya ke tempat ayah Shasya di makamkan. Mereka berdua mendoakan ayahnya agar selalu diberi jalan terang disana dan agar selamat dari siksa kubur.

                                                                   TAMAT

Kisah Cintaku

Kenangan yang kau berikan begitu indah ku rasakan
hari demi hari ku lewati bersamamu
Senyummu lah yang menbangkitkan ku
Ku rasakan hariku semakin sempurna

Manis asam cinta kita lewati bersama
Tutur katamu lah
yang membuatku menjadi berubah
Menjadi wanita yang lebih tegar

Pengalaman cintaku bersamamu
Meberikan warna warni kehidupan
Untuk melangakah dihari esok

Untukmu Mantan Kekasihku :)

Cintaku yang dulu telah hilang
Pergi dengan pilihan yang baru
Merangkai berbagai cerita
Menuai sebuah kenangan baru

Tinggal disini aku sendiri
Tanpa dirinya dan cintanya
Yang dulu selalu membelaiku
Penuh dengan kasih sayang

Kini semua tinggallah cerita
Cintaku bersamanya telah usai
Pupus di tengah perjalanan
Kenangan yang selalu ku kenang

Maafkan aku mantan kekasihku
Mungkin ini semua salahku
Yang tak bisa menjaga cintamu
Memberikan yg terbaik untukmu

Untaian kata terima kasih
Untuk mantan kekasihku
Dulu telah memberiku semangat
Mengisi hari-hariku dan hatiku

Senin, 16 Januari 2012

Puisi 2

KEYAKINAN
Di saat aku terpuruk kau selalu ada untukku
Di saat aku senang kau juga ada buat aku
Di saat semua pergi hanya kamu yang menemaniku
Kau selalu menjadi bintang yang dapat menyinari hatiku
Iya..iya..
Kamu bukanlah cinta pertamaku tetapi aku yakin kamu cinta terakhirku

Mentari pagi yang membangunkanku
Aku terpaku melihat wajahmu saat aku membuka jendela
Hanya kamu yang dapat aku pikirkan
Cintalah yang membuatku menjadi seperti ini

Aku pernah berusaha untuk menghapus nama dan kenanganmu bersamaku
Tetapi semua itu tidak akan pernah terjadi
Diriku pasti tidak sekokoh tembok cina jika kau tak ada
Aku selalu rapuh jika kau tak ada di sisiku
Dirimu lah penyemangat hidupku

Walau aku tidak sepenuhnya dapat memilikimu
Aku kan selalu menjagamu agar selalu tersenyum
Apapun yang terjadi aku tetap ingin bersamamu
Seputih cinta yang ku berikan kepadamu
Ingin ku tuliskan didasar hatimu

I'm Not Perfect

“Kalau kamu nerima aku ambil bunga kaktus ini tapi kalau kamu
nolak aku ambil anggrek ini.” Ucapnya sambil berlutu dihadapan sang gadis.
Bukan tanpa sebab ia menawarkan anggrek dan kaktus. Kaktus, penuh duri, ya begitulah dengan kehidupan seorang gadis. Dia masih perlu melindungi dirinya gari gangguan dan bertahan untuk hidup ditengah terpaan angin padang pasir yang diibaratkan sebagai kehidupan sekarang.
Sedangkan anggrek, bunga cantik yang mekar begitu indah. Yang hanya dapat hidup dengan simbiosis mutualisme, diibaratkan seorang yang bergantung pada yang lain yang tidak dapat bertahan lebih lama dalam suhu yang drastic.
Dan baginya, kaktus adalah sesuatu yang harus dapat diandalkan…sama seperti yang dihadapannya kini, yang baginya akan tetap tegar meski badai pasir datang menerjang
Tak beberapa lama kemudian…
“Aku pilih ini.” Ucap sang gadis sambil mengambil salah satu dari pilihan yang di ajukannya

*****

“Ladies…… Aku jadian……” teriaknya
“Apa sich Tha??” Tanya temannya yang berambut panjang dengan tampang bingung.
“Aku jadian sama Rayhan, Dane… hahaha...Kemarin aku jadian sama dia… Dia nembak aku di taman tempat aku dan Rayhan selalu bersama.”
“Ada apa?? Siapa yang jadian??”Tanya seorang gadis yang baru datang
“Ini loch Ly, Etha jadian ama kak Rayhan.”
“Ah yang bener, Dane??loe lagi gak ngibul kan? Jangan-jangan loe cuman mimpi?” Tanya teman lain bernama Lily yang memakai jilbab dengan paras imut. Lily tampak tak percaya mendengar apa yang barusan dikatakan sahabatnya.
“Yee… Kalian kox gak percaya gitu sich aku jadian ama dia. Iye aku emang lagi mimpi, mimpiku yang jadi kenyataan, hahaha” Cerocos Etha saat sahabatnya gak percaya kalau dia sudah jadian dengan Rayhan.
“Iya…iya Etha sayang…Kita percaya…” ucap Dane.
Etha bernama lengkap Yushira Eithara, tapi jangan sekali-kali panggil dia Yushi atau dia bakalan marah besar karna panggilan itu kesannya sepeti Sushi makanan khas Jepang. Etha gadis yang sempurna, mempunyai keluarga yang sempurna, kebahagiaan yang sempuna dan sahabat-sahabat yang menyayanginya. Bahkan mempunyai seorang kekasih yang sempurna, hampir tak ada cela dalam hidupnya. Dane dan Lily adalah sahabat Etha sejak SMP dan hampir dipastikan mereka mengenal Etha luar dalam. Yang mengerti akan arti setiap sorot mata Etha.

[flash back]
Hari itu, hari terakhir masuk dibulan januari. Bulan pertama tahun itu. Perkenalan Etha dan Rayhan dimulai saat akan ada Try Out yang diadakan disekolah Etha dan kebetulan Rayhan adalah Humas panitia pelaksanaan Try Out. Etha yang saat itu menjabat sebagai ketua kelas menerima amanah mengkoordinir teman-temannya yang ingin ikut Try Out. Kedekatan mereka berlanjut bukan hanya di dunia nyata tapi juga di dunia maya, mereka sering mengobrol, SMSan, telpon-telponan sampai akhirnya dewi amorpun menembakkan panah merah jambunya tepat di ulu hati mereka.

*****

Segalanya berjalan dengan rasa indah. Hari-hari Etha sangat menyenangkan. Seolah setiap kebahagian selalu berada dipihak Etha. Tak ada yang lebih membahagiakan hatinya selain kepulangan Rayhan. Tepat di liburan panjang Etha. 13 Juni.
“Kak…” panggil Etha halus.
“Iya dek, ada apa??” jawabnya sembari menatap Etha lembut.
“Gak kerasa ya kak udah setengah tahun kita.”
“Iya dek… Bentar lagi 1 tahun berlalu dan 2 tahun lagi aku lulus setelah itu aku sudah mendapatkan gaji sendiri.gaji untukmu dan anak-anak kita nanti” Ucap Rayhan sambil tersenyum manis pada Etha, senyum yang selalu membuat hati Etha berdesir.
“Kakak yang semangat yach kuliahnya. aku janji akan menunggu kakak sampai selesai kuliahnya. meski nanti kita jauh.”
“Pasti dek… Semua itu aku lakuin untuk kamu, untuk kita dan masa
depan kita bersama. Kita akan selalu bersama. Aku janji dek…” kata Rayhan dengan sungguh-sungguh seakan dia tak ingin kehilangan Etha.
“Dan jangan lupain kaktus yach.” Ucapnya manja sambil meetakkan kepalanya dibahu Rayhan.
“hehehe… pasti sayang, meski kaktus berduri tapi dia tidak berbahaya, dia menyimpan sesuatu yang berharga untuk orang lain dipadang pasir. Sama seperti kamu, yang menyimpan sesuatu yang tak pernah aku miliki. Dan itulah yang membuatku nyaman selalu disismu.1 hal yang gak pernah lupa, kaktus harus terus bertahan” ucapnya sembari mengacak-acak rambut Etha.
“Aku gak akan pernah lupa kak.”
Mereka tersenyum bersama dan Rayhan memeluk Etha, seperti mereka gak akan pernah terpisahkan oleh apapun.
Rayhan bersekolah di Sekolah Tinggi Sandi Negara, salah satu sekolah kedinasan yang hanya ada satu di Indonesia. Setelah lulus, Rayhan bisa langsung mendapatkan pekerjaan. Dan hal itu juga yang membuat Etha bertahan untuk tetap bersamanya. Terkadang perasaan terpaksa membayangi Etha, tanpa Etha tahu kenapa perasaan itu ada. Meski ia mencoba menghapusnya. Tapi hatinya tidak pernah berbohong bahwa sebuah ketimpangan terjadi pada diri mereka. Meski menurut orang ia gadis yang sempurna, tapi jika disandingkan dengan Rayhan, tetap bumi yang terinjak dan langit yang tergantung di atas. Dan pada dasarnya meski begitu, rasa cinta tak pernah mangkir tanpa sebab.

*****

1 tahun berlalu…

“Dane, kak Rayhan mulai berubah…” ucap Etha sambil berkaca- kaca.
“Apa maksudmu, Tha??” Dane mengerutkan dahi.
“Dia gak seperti Rayhan 1 tahun yang lalu, dia tak sehangat dulu dan tak seceria dulu. Belakangan ini seperti ada yang dia pikirin, bahkan dia mulai sering marah-marah ke aku walaupun aku gak salah dan gak tahu apa salahku.dan…2 minggu ini sama sekali tidak ada komunikasi antara kami. Dan sepertinya ada orang lain yang kini menetap dihatinya” Etha pun mulai menitikkan air matanya
“Udahlah Tha, mungkin kak Rayhan punya banyak tugas dan tekanan dari kuliah yang dia jalanin sekarang ini. Lagian dapet dari mana sich kesimpulan kalo dia dapet yang lain? Kamu itu nggak da kurang-kurangnya kog, cuman kadang galakmu itu loch ga nahan!hehehe ” Kata Dane menenangkan sahabatnya itu.
“Tapi kenapa gak dari dulu dia seperti itu, dia berubah. Bayangkan 2 minggu tanpa komunikasi, tanpa kabar, aku di dunia maya ud…ud…hiks…di…hiks…dicuekin…hiks…hiks…” Sekarang Etha benar-benar menitikan air mata. Menangis tersedu-sedu.
“Mungkin hanya perasaanmu saja sister.” Sambil mengelus pundak Etha.
“Enggak Dane… Ini perasaan seorang cewek. Dan penglihatan aku kali ini nggak mungkin salah. Dan nggak pernah salah. Bulan depan aku dan Rayhan tepat 1 tahun.”
“Nah harusnya kamu menyiapkan kejutan untuknya yang special, bukan malah menuduh dia honey. Percaya padanya seperti saat kamu percaya pada mama kamu. Dan ehm…kadang penglihatan itu bisa salah sayang… Ocey??”
“Iyach. Harusnya aku bahagia, dia milikku sekarang dan selamanya. Aku gak boleh gini. Dan aku janji nggak akan seperti ini lagi. Aku harus ceria!!! Semangat Etha!!!” ucap Etha berapi-api.
“Nah itu baru sahabatku…”

*****

Hari-hari yang ditunggu pun datang. Hari dimana Rayhan menyatakan perasaannya pada Etha 1 tahun yang lau.26 Januari 2009. Ditempat yang sama seperti 1 tahun yang lalu Etha menunggu Rayhan, sekarang Etha ingin memberi kejutan pada Rayhan. Tapi sebelum Etha memberi kejutan, Etha sudah terkejut dahulu. Rayhan mengatakan sesuatu yang bisa membuat dunia Etha runtuh saat itu juga. Dihari dimana seharusnya Etha menjadi gadis paling bahagia di dunia.

“Tha…”
“Ya kak?”
“Ehmm…okey sekarang aku mau jujur sama kamu. Meski aku nggak ngerti gimana ngomongnya sama kamu. Sebelumnya kau minta maaf tha,udah bikin kamu nangis. Silahkan kalo kamu mau nyalahin aku, karna aku memang aku salah udah buat kamu kayak gini dan tiba-tiba aku pergi begitu saja.”
“ Aduh kak Ray…to the point ajah…aku bingung”
“Aku tidak bisa melanjutkan semua ini. Dulu aku pikir kita nggak bakal bisa bertahan dan setia sampai tahun ini. Aku dulu pernah bilang bakal tetap sama kamu asal kamu bisa memenuhi syarat itu. Tapi aku rasa sejauh ini kamu tidak sesuai harapanku. Dan Maaf aku sudah menduakanmu. Maafkan aku yang harus memilihnya. Maaf Etha, hati ini lebih memilihnya untuk bersamaku. Maaf Etha, aku tak tahu dan aku tak bermaksud membuatmu terluka. Tapi kurasa kita emang nggak cocok. Kamu begitu baik dan nanti pasti kau akan mendapatkan laki-laki yang lebih baik dari pada aku.”
“Well okey akhirnya salah satu dari kita ada yang mengungkapkan ketidakcocokan ini.aku…ehm..nevermind..it’s okey…live must go on!”
“thanks tha…” Rayhan pun mengecup kening Etha.
Etha hanya bisa terdiam tanpa kata dan melihat punggung Rayhan berlalu darinya dan dari hidupnya untuk selamanya.meski hatinya menahan perih akan mimpi yang telah ia bangun sejak 1 tahun yang lalu. Tapi inilah hidup. Air mata adalah pemanisnya. Meski dia uraikan air mata tapi takdir tak akan mampu diubah hanya dengan air mata.
*****

Air mata Etha membasahi pipinya yang putih mulus saat mengingat semua kejadian yang sudah berlalu 3 tahun yang lalu…

[Etha POV]
meski aku tahu itu sudah lama berlalu kak tapi aku mengerti aku tak bisa memaksakan kamu tetap disisiku. Aku tahu gadis itu, gadis yang telah mengacaukan kita, tapi itu pilihanmu. Kamu berhak memilih yang lebih baik dariku. Dan aku tahu dia memang jauh lebih sempurna dariku. Aku tidak menyesal sudah mencintaimu…tidak akan pernah…
Maaf ya kak Ray…aku pernah benci pilihanmu. Jujur aku pernah…tak Cuma sekali. Tapi sampai detik ini. Aku mencoba menghapus memori tentangmu. Tapi setiap tanggal 26, aku selalu menghitung berapa lama kita terpisah. Dan karna Dane dan Lily, aku sekarang mulai membuka hati ini. Mungkin tanpamu, aku tidak akan pernah belajar akan sebuah hal bahwa tak ada yang sempurna di dunia ini…


                                                                   THE END

Jumat, 13 Januari 2012

puisi


KEPEDIHAN
Rasa sakit yang ku rasakan
Bagaikan tersayat tombak
Tiada hembusan angin sejuk
Hanya ada kesengsaran yang ku rasakan
Aku ingin bisa berlari sekencang kuda
Agar aku dapat menghindari semua masalah
Namun harapan itu tak seindah bunga kamboja
Yang dapat mendamaikan tubuh dan pikiran
Aku berjalan mencari kedamaian dan jati diriku
Walau rintangan selalu menghalangiku
Kan ku tempuh lembah diantara tebing-tebing yang curam
Walau itu akan membawaku ke kematian
Debu yang selalu mengotori jalanku
Tetapi cakrawala lah yang akan menjadi semangatku
Dan..
Matahari yang akan selalu menyinari jalanku yang penuh rintangan