Sabtu, 03 Maret 2012

Cintaku Untukmu Selamanya

“Shasya kesini...  Ayo kita pulang...” panggil seseorang dari kejauhan,  tetapi ia tetap tidak bergeming. 2x dipanggil dia tetap diam saja, 3x dipanggil dia baru berjalan dan menghampiri suara itu tetapi dia tetap diam saja, tanpa menoleh dan menjawab. Kemudian sang Ibu yang tadi memanggilnya menggandengnya pulang.
    Shasya memang berbeda dengan banyak kebanyakan anak lain seusianya. Dia tetap kelihatan seperti anak kecil dan tetap tidak mengerti dengan keadaan dunia yang semakin kejam. Shasya mengalami down syndrom atau keterbelakangan mental, mental Shasya tidak berkembang layaknya orang normal lainnya yang sekarang seharusnya Shasya berada dibangku perkuliahan bersama-sama anak normal seusianya. Tetapi Shasya hanya bisa bermain-main dan asyik dengan dunianya sendiri tanpa tahu arti rasa senang, susah, sakit, kecewa bahkan benci. Kalimat yang di ucapkan Shasya hanya terbatas pada kata-kata dasar saja. Sering kali Shasya diejek oleh tetangga di sekitar rumahnya tetapi lagi-lagi Shasya hanya tersenyum menanggapi semua omongan orang-orang disekitarnya. Tidak jarang anak-anak kecil disekitar rumah Shasya mengusirnya apabila dia ingin bermain dengan anak-anak itu, Shasya diusir karena dia tidak dapat berkomunikasi dengan lancar dan kondisi fisik Shasya yang berbeda dengan mereka. Allah memang Maha Adil, Allah memberikan dua malaikat pelindung untuknya, malaikat yang rela berkorban segalanya bahkan apabila diminta malaikat itu akan memberikannya  nyawanya untuk ditukarkan dengan kebahagiaan untuk Shasya.  Malaikat itu adalah ayah dan ibunya, malaikat yang dengan suka rela merawat, menjaga dan melindunginya setiap saat. Hanya kasih sayang ayah dan ibunya lah yang dapat Shasya mengerti. Semua aktifitas Shasya selalu dibantu oleh kedua orang tuanya, makan, mandi, tidur dan masih banyak kegiatan yang Shasya lakukan dengan bantuan kedua orang tuanya. Ayah Shasya yang selalu memanjakannya, mengajaknya mengobrol walaupun ayahnya tahu anaknya belum tentu mengerti ucapannya, mengajaknya berjalan-jalan yang tak jarang orang-orang memandang dengan pandangan aneh bahkan ada yang memandang dengan pandangan jijik tetapi ayahnya tetap menerima itu semua dengan lapang dada.
    Hati orang tua Shasya terkadang menjerit pilu karena Shasya di anggap seperti parasit yang menempel pada bunga yang indah, tetapi kesedihan itu di sembunyikan dalam keceriaan kedua orang tuanya agar Shasya tidak ikut merasakan apa yang sedang dirasakan kedua orang tuanya. Pada suatu hari Shasya di suruh ibunya untuk membeli makanan yang letak warung itu berada di depan rumah. Setelah ditunggu cukup lama oleh ibu Shasya tak kunjung datang, akhirnya ibu Shasya menghampiri Shasya dan ternyata disana Shasya diganggu oleh anak kecil. Ibu Shasya langsung terkejut karena anak kecil tersebut membawa batu yang cukup besar yang akan dilemparkan kepada Shasya. Ibu Shasya tidak tinggal diam, ibu Shasya langsung menghampiri anak tersebut dan melarang anak itu untuk melemparkan batunya. Namun niat ibu Shasya sia-sia karena ibu Shasya lah yang terkena lemparan batu itu hingga darah bercucuran di lantai. Dan yang menolong ibu Shasya hanya segelintir orang, yang lainnya acuh dan tidak mau menolong. Shasya yang melihat ibunya penuh dengan darah langsung menangis, dia tak tega meliahat ibunya yang kesakitan.
    Hari demi hari ibu Shasya mulai membaik, tetapi cobaan masih melanda keluarga kecil itu ketika ayahnya yang harus masuk ke rumah sakit karena komplikasi yang dialami oleh ayah Shasya. Ini semua berawal karena ayah Shasya adalah seorang perokok berat dan selalu minum kopi setiap hari dan tidak diimbangi dengan minum air putih yang cukup serta tanpa olahraga. Kondisi ayah Shasya semakin hari bukan semakin membaik malah semakin memburuk. Suatu hari ayah Shasya koma. Beberapa hari setelah itu ayah Shasya membaik dibanding sebelumnya tetapi itu hanya sementara untuk melihat orang-orang disekitarnya dan melihat Shasya tersenyum kepadanya, ternyata setelah mereka semua keluar dari ruangan tempat ayah Shasya dirawat, dokter mengabarkan bahwa ayah Syasha sudah tidak ada. Shasya tak mengerti apa maksud perkataan dokter.
     “Ayah sudah tidak bisa menemani kita, sekarang ayah bertemu dengan Allah.” Lalu dengan lembut ibu Shasya memberitahu.
    Mendengar ucapan dari ibunya Shasya langsung terdiam dan menangis. Sebetulnya Shasya tidak tahu maksud dari semua itu tetapi perasaan nalurinya yang  dapat mengerti. Shasya hanya dapat menangis didepan jenazah ayahnya dan terus meminta maaf kepada ayahnya. Orang-orang yang ada disana sempat terkejut karena Shasya berkata maaf berkali-kali di depan jenazah ayahnya. “Ayah, maaf yah, maaf.” Kalimat itulah yang diulangnya berkali-kati tanpa henti. Saat jenazah ayahnya diberangkatkan ke tempat peristirahatan terakhirpun Shasya masih belum memahami bahkan saat pelayat pulang dari area pemakaman Shasya bertanya kepada ibunya, “Ayah mana? Ayah..”
Ibu Shasya hanya bisa terdiam ketika Shasya bertanya tentang ayahnya.
     Kini semua dilewati Shasya tanpa ayahnya lagi disisinya. Sekarang hanya ibunya saja lah yang menjadi harta yang paling berharga bagi Shasya. Kemana-mana hanya berdua dalam keadaan suka maupun duka. Suatu hari Shasya bertekat ke rumah sakit tempat ayah Shasya dirawat dulu. Dia berpikir, mungkin di rumah sakit itu lah Shasya dapat bertemu dengan ayahnya lagi karena rasa rindu yang selalu melanda hati Shasya. Dia jalan kaki untuk mencari becak yang dapat membawa dia ke rumah sakit. Akhirnya dia mendapatkan becak yang mau mengantarkan dia sampai di rumah sakit.
    “Becak be..cak pak, rumah. . rumah akit, akit rumah pak.” Hanya kata-kata  yang terbata-bata yang dapat diucapkan Shasya. Seakan mengerti perkataan Shasya,  tukang becak pun mengantarkan Shasya ke rumah sakit.
    Sesampainya di rumah sakit Shasya berlari menyusuri lorong-lorong rumah sakit untuk mencari ayahnya, tetapi bagaimanapun Shasya berusaha tidak mungkin akan bertemu dengan ayahnya lagi. Berjam-jam Shasya berkeliling rumah sakit untuk mencari ayahnya, tak satupun orang ingin menolongnya. Si tukang becak tahu Shasya memiliki keterbelekangan mental sehingga tetap menunggu dan kemudian mencari Shasya yang tengah kebingungan.
     “Ayo nak, pulang bapak antarkan ketempat yang tadi kamu manggil bapak.” Ucap tukang becak. Shasya yang merasa belum bertemu dengan ayahnya menolak dan menangis dengan dibujuk tukang becak Shasya akhirnya mau diajak pulang.
    Dijalan tempat Shasya memanggil becak ternyata disana sudah ada ibu Shasya yang menunggunya dengan kebingungan dan terlihat sisa air mata. Melihat Shasya naik becak dan diantarkan kembali,  ibu Shasya terlihat senang dan bahagia. Seraya berterimakasih pada tukang becak ibu Shasya mengajak Shasya pulang kerumah. Dirumah Shasya tampak sedih, ibunya mengerti kalau Shasya sedang merindukan ayahnya tatapi tidak ada yang bisa ibu Shasya lakukan. Berhari-hari setelah itu, Shasya bermimpi bertemu dengan ayahnya.
    “Shasya, nak...” ucap ayahnya seraya tersenyum pada Shasya. Shasya yang benar-benar rindu pada ayahnya tertawa dan berlari menuju ayahnya.
    “Ayah.” Kata Shasya.
    “Iya nak ini ayah, ayah sekarang sudah gak bisa lagi disamping Shasya gak bisa bantu ibu cari nafkah lagi,  gak bisa nemeni Shasya jalan-jalan lagi dan banyak hal yang gak bisa ayah lakukan lagi bersama Shasya dan ibu. Maafkan ayah ya nak.”
    “Kenapa?”
    “Karena ayah sudah bersama Allah sekarang nak. Ayah bahagia disini, Shasya juga harus bahagia bersama ibu, nurut sama ibu dan jangan bikin ibu susah lagi. Ayah sayang sama Shasya dan ibu juga sayang sekali sama Shasya.”
    “....” Shasya hanya diam kemudia menangis.
    “Walaupun ayah sudah sama Allah sekarang tapi ayah tetap bisa melihat Shasya dan ibu dari jauh. Ayah tahu kamu gak seperti kebanyakan orang lain tapi ayah juga tahu hati kamu bersih karena kamu gak pernah benci sama orang lain. Shasya anak yang kuat dan harus kuat buat ayah dan ibu. Shasya gak boleh nangis lagi ya. Kalau Shasya rindu sama ayah bilang sama ibu biar ibu nganterin Shasya ke tempat ayah istirahat. Ya nak? Inget ya nak, ayah selalu sayang sama Shasya sampai kapanpun.”
    Shasya terbangun dari tidurnya dan berteriak memanggil ayahnya. Ibunya yang mendengar Shasya berteriak juga terbangun dari tidurnya. Kemudian memeluk Shasya.
    “Ibu tahu nak kamu rindu sama ayah kamu. Besok pagi kita ke pemakaman ayah ya. Kita berdoa disana mendoakan ayah biar ayah bisa disisi Allah dan bahagia disana.” Ucap ibunya. Shasya hanya diam dan menangis.
    Keesokan harinya, Shasya dan ibunya ke tempat ayah Shasya di makamkan. Mereka berdua mendoakan ayahnya agar selalu diberi jalan terang disana dan agar selamat dari siksa kubur.

                                                                   TAMAT

Kisah Cintaku

Kenangan yang kau berikan begitu indah ku rasakan
hari demi hari ku lewati bersamamu
Senyummu lah yang menbangkitkan ku
Ku rasakan hariku semakin sempurna

Manis asam cinta kita lewati bersama
Tutur katamu lah
yang membuatku menjadi berubah
Menjadi wanita yang lebih tegar

Pengalaman cintaku bersamamu
Meberikan warna warni kehidupan
Untuk melangakah dihari esok

Untukmu Mantan Kekasihku :)

Cintaku yang dulu telah hilang
Pergi dengan pilihan yang baru
Merangkai berbagai cerita
Menuai sebuah kenangan baru

Tinggal disini aku sendiri
Tanpa dirinya dan cintanya
Yang dulu selalu membelaiku
Penuh dengan kasih sayang

Kini semua tinggallah cerita
Cintaku bersamanya telah usai
Pupus di tengah perjalanan
Kenangan yang selalu ku kenang

Maafkan aku mantan kekasihku
Mungkin ini semua salahku
Yang tak bisa menjaga cintamu
Memberikan yg terbaik untukmu

Untaian kata terima kasih
Untuk mantan kekasihku
Dulu telah memberiku semangat
Mengisi hari-hariku dan hatiku